Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2013

Tentang Asian Dub Foundation

 Kali pertama saya mendengar lagu-lagu Asian Dub Foundation sekitar tahun 2010. Saat itu saya masih bekerja di Kampung Buku sebagai pustakawan. Teman saya Tomsky, sebagai penjaga warnet Kampung Buku saat itu baru saja selesai mendownload album Enemy of the Enemy-nya ADF. Dan pertama kali mendengarkan saya langsung suka. Saya lalu memutarnya hampir tiap hari melalui handphone ku. Sesekali, di kosan saya jingkrak jingkrak sambil mendengarkan musik dub ADF, tentu saja saat kamarku berpenghuni saya seorang :p Asian Dub Foundation yang beranggotakan Sun-J, Chandrasonic, Pandit G, Cyber, Al Rumjen, dan Martin Savale. Terbentuk pada tahun 1993 dan hingga kini sudah membuat 12 album. Musik ADF sendiri mencampur-adukkan berbagai genre musik, makanya terdengar keren sekali. Serta lirik-liriknya yang sebagian besar bertemakan budaya keseharian, membuat lagu-lagu mereka di telinga saya jadi komplit.  Setelah itu saya jatuh cinta sama musik dub . Mencari tahu banyak tentang apa itu

Tentang Marsinah

Pertama kali mendengar nama Marsinah melalui judul lagu yang dibuat oleh Band Marjinal . Lalu hari ini, tiba-tiba ingat kembali melalui status seorang teman bahwa semoga kita tak amnesia sejarah. Marsinah adalah seorang buruh pabrik sekaligus aktivis yang dibunuh oleh Aparat Kodim Sidoarjo  (baca beritanya di sini dan di sini , atau cari tahu sendiri lebih banyak) yang sebelumnya sempat direkayasa mengenai siapa yang membunuhnya dan baru terungkap 5 tahun kemudian. Membaca kasus mengenai Marsinah tentu saja membuat kita menjadi benci pada aparat hukum yang konon berpihak pada masyarakat, padahal tentu saja itu omong kosong belaka. Ini menjadi salah satu bukti diantara banyaknya kasus-kasus yang sudah terjadi, bahwa aparat hukum selalu menegakkan hukum berdasarkan permintaan pemerintah yang notabene menghidupi mereka. Ah, di mana-mana semua pekerja pasti wajib menuruti atasannya. Polisi, Militer, Hakim, Jaksa, dan semua tetek bengek yang bergantung pada Penguasa dan Pengusaha Korp

Hola... Mari Menghidupi Hidup...

Satu-satunya etika yang kita ikuti adalah: peduli pada bumi, peduli pada manusia, dan membagikan kelebihan yang kita punya. _Bill Mollison  Ini blog baruku, setelah lama tidak menulis catatan, saya memutuskan untuk menulis di blog baru. Blog sebelumnya AOINIJI masih tetap bisa diakses kok. ;) Dalam blog baru ini, saya hanya ingin berbagi cerita tentang berbagai kegiatan menyenangkan yang saya lakukan, tentu saja dalam rangka menghidupi hidup, membuat hidupku lebih terasa hidup. Lah!? Memangnya selama ini saya tidak hidup begitu? :p Maksud saya adalah selama ini saya masih berjuang untuk menemukan dan memaknai hidup dengan cara menikmatinya. Dan saya menemukan cara untuk menikmati hidup, bukan dengan bekerja keras layaknya robot atau dipenuhi stress karena tekanan atasan, lalu membeli berbagai macam hal yang sedang trend, menabung untuk memiliki mobil dan rumah mewah, atau menikmati makanan-makanan enak di restoran mahal. Bukan. Saat ini saya hanya ingin menikmati hidup dengan

Ulasan Buku Hiroshima

Selanjutnya di blog ini, saya ingin mulai menulis review buku dan film. Ini review buku yang pernah kubuat di tahun 2008 lalu saat sedang mengikuti kelas menulis dan kuposting di blog lama. Tentu saja setelah membaca ulang lagi review buku ini, saya merasa ada beberapa hal yang tidak lagi sejalan dengan yang kupikirkan dulu, perubahan. Tapi sudahlah... Saya hanya ingin bermain-main dengan kenangan atas diri saya melalui semua yang pernah kutulis. ;) Setelah tiga hari, akhirnya buku ini kelar kubaca. Buku John Hersey, Hiroshima. Ini prestasi tertinggi yang kucapai membaca buku non-fiksi. Seandainya bukan tugas dari Kak Dandy, saya yakin buku ini masih berada dalam deretan buku yang kutunda untuk dibaca. Kebiasaanku akhir-akhir ini, menunda, menunggu waktu yang tepat untuk menyeleasikan bacaaan. Tanpa mencari kapan waktu tepat itu hadir. :( Hiroshima adalah buku yang ditulis dalam bentuk jurnalisme sastrawi. Saya sadar, terlambat membaca buku ini. Hiroshima sendiri sebelum dibukukan

Putu Nangis di Makassar, Putu Cucu’ di Sengkang

Tulisan keenam, sekaligus menjadi tulisan terakhir yang kukirim di P! Sekarang enatha kenapa panyingkul.com tidak lagi bisa diakses. Saya hanya memuat tulisan-tulisan ini untuk menjadikan kenangan :) Adalah pelajaran penting dan menyenangkan saat melakukan aktifitas menulis dan langsung diedit oleh Lily Yulianti Farid, proses belajar yang menyenangkan. Ini tentu saja pengalaman yang menyenangkan.  Makassar. Malam Seorang tua mengayuh sepeda bergerobak samping. Obor menyala di sudut gerobaknya. Isinya tak lain sebuaah kompor mini serta alat dan bahan untuk membuat putu ayu.  Ngiiiikkkk…ngiiikkk…   Bunyi yang mengiringi kayuhannya. Bunyi yang mengingatkan kita pada suara tangis. ,Dan karenanya, orang-orang di Makassar menamai putu ayu yang dijajakan orang tua itu dengan “putu nangis”. Dan karenanya wajar jika kurang mengenal nama aslinya.  Putu ayu adalah penganan berbahan tepung beras. Seperti kue tradisional lainnya, membuatnya mudah. Tepung dicampur air daun pandan lalu dibiarkan s

Lebih Baik tak Makan daripada tak Ma'pangan, Kata Ori

Tulisan kelima, Tujuh tahun terakhir ini orang tua saya menetap di Toraja, tepatnya di sekitar pasar Makale pemandangan unik yang sering kulihat adalah seorang nenek mengunyah sirih sambil melakukan aktivitas itu membuat saya tertarik untuk menuliskannya lumayan banyak komentarnya, silahkan buka panyingkul.com Di sela kegiatannya memintal benang yang selanjutnya ditenun menjadi ikat-kain khas Toraja, Ori wanita berumur 42 tahun juga dengan lincah meramu “cemilan” hariannya. Secuil bolu buah (buah sirih) ditambahkan sedikit kapur sirih, lalu dibungkus daun sirih. Sesederhana ini. Ori lalu memulai ma’pangan, menggosok gigi dengan sirih. Wajahnya tampak bersemangat, tangan kiri memintal benang dan tangan kanan menggosok gigi. Dua pekerjaan dilakukan dalam satu waktu, suatu perpaduan yang menarik. Ori mengaku sejak berumur 10 tahun melakukan rutinitas spesial satu ini. Ma’pangan. Saat itu ia sakit gigi, orang tuanya memberi solusi untuk memakai sirih sebagai obat. Alhasih sembuh dan ia ket

Kisah Muliati dan Yanti, Perempuan yang Berjualan di Pulau

Selanjutnya, tulisan keempat kali ini adalah potret perempuan di sebuah pulau di Makassar bernama Pulau Barranglompo tulisan ini kubuat setelah mengunjungi pulau ini pertama kalinya, bersama seorang teman sesama citizen reporter panyingkul.com yaitu Luna Vidya dan Ivan Firdaus dari mereka saya banyak belajar, ayo kunjungi tulisan mereka di panyingkul.com Banyak perempuan di Pulau Baranglompo – sekitar 13 kilometer sebelah Barat Kota Makassar -- yang dipaksa keadaan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, yang tidak sepenuhnya tertutupi oleh hasil usaha sang suami. Kisah Bibi Nio yang pertama kali mengenalkan bentor di pulau itu, hanya salah satu contoh. Kisah kali ini tentang Muliati, seorang “wanita karir” yang lain di pulau itu. Dengan bermodalkan gerobak dorong dengan barang jualan yang dimodali oleh seorang ibu bernama Hj. Tallasa, ia pun berkeliling pulau. Sudah lima tahun ia menjalani usahanya. Setelah selesai shalat dhuhur ia akan bergegas ke pelataran mesjid Al Ihsan. Di sana ia mem

Uluran Persahabatan Para Bikkhu

Berikut reportase ketiga, kali ini saya berduet dengan seorang teman sesama peserta kelas menulis yang diadakan oleh Panyingkul bekerja sama dengan Pantau, namanya Marlin Herlina reportase ini saya tulis setelah mengunjungi sebuah festival Biddhish di mall GTC Makassar bagitu banyak memberi pelajaran silahkan klik panyingkul.com dan lihat betapa menariknya foto-foto saat festival berlangsung Indahnya kerukunan antar umat beragama. Kalimat inilah yang saya dengung-dengungkan sepulang mengunjungi festival Buddhist di Mall GTC Makassar tanggal 22-31 agustus lalu. Bagaimana tidak, banyak hal menarik yang saya temui di sana. Bertemu dengan orang yang sama sekali tidak saya kenal membuat saya bertambah teman yang datang dari latar belakang yang berbeda. Pengetahuan dan pengalaman pun turut menghiasi catatan harianku. Sebagai orang awam tentang agama Buddha tentu saja saya sangat senang atas diadakannya festival Buddhist ini. Saya bisa mendapat informasi lebih banyak tentang agama Buddha. Mem

Mencari Sutra Asli di Desa Pasaka

Ini tulisan kedua! senangnya karena bisa menulis sesuatu yang kusukai dan berkaitan dengan kampung halamanku jika anda ingin melihat komentar pembacanya silahkan kunjungi Panyingkul.com Dua bulan yang lalu saya mendapat hadiah sarung sutra dari ibu. Katanya bukan orang Sengkang Wajo kalau tidak punya sa’be, begitu orang Bugis menyebut kain sutra. Namun ketika saya memperlihatkannya pada seorang tante, ia bilang hadiah itu bukanlah sutra asli. Kainnya terlalu lembek. Akhirnya dalam kesempatan liburan ke Sengkang bulan lalu, saya pulang kampung membawa sarung sutra itu. Tujuan saya, menemui penenun sutra di kabupaten Wajo untuk mencari tahu, seperti apa gerangan sutra yang asli itu. Sengkang, ibukota Kabupaten Wajo dikenal sebagai kota sutra. Kabupaten ini memang penghasil sutra utama di Sulawesi Selatan. Hampir setiap kecamatan memiliki usaha tenun. Di sejumlah kawasan kota Sengkang, kita akan disambut dengan ramainya suara alat tenun yang ada hampir di setiap kolong rumah penduduk. Tak

Berburu Putu Cangkiri, Dari Tamalanrea ke Sungai Saddang Baru

Tulisan pertamaku yang dimuat di panyingkul! reportase tentang jajanan tradisional selamat membaca... Selasa, 05-08-2008 Mungkin tak banyak yang tahu saban pagi ada pasar kaget di belakang RS Wahidin Sudirohusodo, Tamalanrea. Di sinilah sejumlah pedagang datang menjajakan kebutuhan bagi pasien maupun penjenguknya. Perlengkapan mandi, daster, pakaian juga makanan buat sarapan. Para pedagang yang berkumpul membuat pasar kaget di belakang gedung rumah sakit ini adalah penduduk yang dulunya tinggal di kawasan kampus Unhas Tamalanrea. Tiga puluh tahun lalu, mereka bermukim di areal yang kini berdiri gedung Registrasi Unhas. Dengan iming-iming akan diganti uang tanah, mereka terpaksa pindah. Namun sampai saat ini, hanya sebagian ganti rugi. Disepakati kemudian, mereka pindah dengan syarat bisa berjualan di tempat yang sekarang ini dikenal sebagai pasar kaget di belakang rumah sakit. Di pasar ini, jenis jajanan yang banyak dijumpai di sana adalah kue-kue tradisional. Salah satunya adalah