Apa maksud takdir yang konon telah tertulis dalam semua kitab jika ceritanya seperti ini.
Suatu malam dengan perasaan tenang perempuan itu menutup toko penerina jasa cucian bukan miliknya.
Ia hanya menumpang tinggal berbekal kepercayaan kepada rekan kerjanya di situ, seorang laki-laki.
Tentu juga karena ia bisa menghemat pengeluaran bulanan jika tidak perlu membayar sewa kos sembari ia menyelesaikan kuliah S2-nya.
Kemudian laki-laki itu menyusup kamar atas, menyatakan cinta, setelah sebelumnya mengakui tengah mabuk sabu.
Perempuan itu menghindar, mencari tempat aman.
Tapi siapa mampu menduga niat buruk lelaki yang selalu memendam hasrat berkat video berduarasi 5 menit dalam telepn genggamnya, yang selalu mudah ia temukan melalui jaringan bluetooth.
Ia berkali-kali ditolak perempuan yang memiliki tipe ideal seorang lelaki idaman berotot dan bermotor.
Tipe yang diwariskan turun temurun konon akan membuatnya malu jika tak meneruskan, itu mitos dari kotak kaca bernama tivi sebenarnya.
Lalu lelaki itu menerima kabar bahwa onani adalah dosa dari guru spiritual yang memilih tak menikah karena senang mengabdikan diri di pondok pesantren saja.
Ia tak tahan lagi memendam hasrat. Peduli apa dengan dosa sejak fatwa MUI memiliki standar harga.
Maka sekali mendapatkan kesempatan diseretnya perempuan itu ke dalam WC. Kepalanya dibenturkan, pingsan, dibenturkan, lalu diperkosa.
Esoknya beredar kabar.
Ibu-ibu di ujung jalan menebar gosip dan kutukan perihal perempuan mestinya tidak perlu bekerja, tak perlu sekolah tinggi, tak perlu banyak mau.
Bapak-bapak di kedai kopi bertaruh berapa kali si lelaki orgasme malam itu.
Dan negara menutup telinga perihal memenuhi rasa aman dan nyaman ialah hak asasi.
Lalu kalian akan melupakanku.
Halimah.
Komentar
Posting Komentar