Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Tentang Ziva dan hal yang membuat saya ingin terus belajar mengajar

Sebenarnya tulisan ini kubuat saat ulang tahun Ziva kemarin tapi baru beberapa paragraf saya tidak lanjutkan karena tertunda oleh kesibukan lain hehehe… Barupa lagi ingat, maafkan :)   Ziva saat berumur 3 tahun Sejak kecil saya sangat senang dengan proses belajar mengajar. Kalau tak salah ingat, sejak saat duduk di bangku sekolah dasar kelas 5. Dulu rumah kami di jalan Deppasawi tak jauh dari kampus Atma Jaya Makassar, saat itu perumahan Tanjung Bunga belum ada, di sana adalah hamparan sawah, tepat di depan rumah kami. Orang tuaku membangun rumah panggung atas, di bawahnya dibangun beberapa kamar kosan. Kosan tersebut disewa beberapa keluarga yang berprofesi sebagai pengayuh becak dan pemulung barang bekas. Beberapa anak mereka menjadi teman bermainku, kami senang bermain sekolah-sekolahan karena memang mereka tak bersekolah. Saya yang sering ditunjuk menulis di papan tulis saat bersekolah, sering mencuri beberapa kapur untuk kubawa pulang. Saya meminta bapakku membuatk

Tentang Surat, Sex, dan Adik Perempuanku

Dear adik perempuanku yang selalu manis. Apa kabar dunia remaja yang kau jalani saat ini? Menyenangkan bukan? Maafkan sebagai kakak perempuan saya jarang di rumah atau sekedar meluangkan waktu bercerita denganmu. Dan tentu saja saya tidak bisa memaksamu bercerita banyak hal sebab tentu saja itu tak menyenangkan bagimu. Saya sebenarnya segan menuliskan ini. Saya tidak ingin menjadi sok dewasa menceramahimu, itu hal yang juga kubenci saat remaja. Tapi saya melakukannya sekedar kekhawatiran pada banyak hal. Berharap kau tidak melakukan kesalahan beberapa remaja lainnya yang kemudian terpaksa menyesali sebagian sisa hidupnya karena tidak belajar dari kesalahan remaja sebelumnya. Kekhawatiranku sebenarnya banyak. Tapi saya yakin kau bisa memilah hal baik dan hal buruk itu. Hal yang paling menakutkan sebenarnya adalah ketika kau mulai merasakan jatuh cinta. Tentu saja itu adalah hal alami dan wajar. Itu juga menyenangkan. Hanya saja terkadang kita tak mampu melawan beberapa h

Tentang Memindahkan Arsip Sajak

Ada hal yang sempat saya lupakan dari proses menemukan arah mau ke mana selama beberapa tahun kemarin. Saya menyebutnya masa menyunting ribuan kisah hidup teman-temanku. Tentu saya tak bisa mengingkari bahwa jalan hidup yang kupilih saat ini adalah hasil dari kepingan banyak pelajaran dari kisah-kisah yang telah dilalui sebelumnya oleh orang lain. Saya beruntung memiliki waktu mendengarkan dan membaca banyak kisah sehingga saya tak perlu melakukan hal yang sama dan jika ada kesalahan pun saya bisa menghindarinya sebagian. Hal yang sempat saya lupakan itu adalah merekam sajak. Saya senang menulis saja ataupun menyimpan sajak orang lain yang saya suka dan ada hubungannya dengan kehidupanku. Saya senang menulis diari terselubung melalui sajak. Yaaa walaupun tidak pernah berhasil menulis sajak dengan bagus bahkan lebih terlihat ber-lebay-han. Beberapa hari lalu saya kembali membuka arsip dengan label pusisi-pus di blog Aoiniji itu. Dan saya berniat menaruhnya kembali di blog ini. Tentu

Lalu Kalian Akan Melupakanku

Apa maksud takdir yang konon telah tertulis dalam semua kitab jika ceritanya seperti ini. Suatu malam dengan perasaan tenang perempuan itu menutup toko penerina jasa cucian bukan miliknya.  Ia hanya menumpang tinggal berbekal kepercayaan kepada rekan kerjanya di situ, seorang laki-laki. Tentu juga karena ia bisa menghemat pengeluaran bulanan jika tidak perlu membayar sewa kos sembari ia menyelesaikan kuliah S2-nya. Kemudian laki-laki itu menyusup kamar atas, menyatakan cinta, setelah sebelumnya mengakui tengah mabuk sabu. Perempuan itu menghindar, mencari tempat aman. Tapi siapa mampu menduga niat buruk lelaki yang selalu memendam hasrat berkat video berduarasi 5 menit dalam telepn genggamnya, yang selalu mudah ia temukan melalui jaringan bluetooth. Ia berkali-kali ditolak perempuan yang memiliki tipe ideal seorang lelaki idaman berotot dan bermotor. Tipe yang diwariskan turun temurun konon akan membuatnya malu jika tak meneruskan, itu mitos dari kotak kaca bernama tivi

Tentang kenapa saya pindah dari Jurusan Sastra Jepang ke Sastra Bugis-Makassar?

Pertanyaan itu sering sekali dilontarkan kepada saya sejak tahun 2009. Maka kurang lebih seperti ini jawabannya. Adalah keberuntungan karena saya memiliki orang tua yang selalu membebaskan saya memilih dan menentukan sendiri jalan hidupku. Sejak kelas dua SMA, saya sudah melewati masa kebingungan memilih jurusan apa yang terbaik. Sebaik-baiknya jurusan adalah jurusan yang kau sukai dan minati, itu pikirku. Maka saya memilih Jurusan Bahasa meski pada akhirnya yang memilih jurusan itu hanya 12 orang di sekolahku. Saya menyukai Bahasa dan Sastra lebih tepat karena saya tak menyukai mengerjakan laporan praktikum dan sejenisnya, ya saya cukup malas untuk itu. Tentu saja Mama saya sempat memberi komentar "Sebenarnya saya berharap nantinya kau bekerja memakai pakaian putih-putih entah dokter, perawat, atau bidan." Namun kemudian ia merelakan pilihan saya sendiri, kukatakan saat itu saya hanya ingin menjadi guru, ya tentu saja itu jawaban yang asal-asalan juga. Bersekolah di