Langsung ke konten utama

Tentang Surat, Sex, dan Adik Perempuanku

Dear adik perempuanku yang selalu manis. Apa kabar dunia remaja yang kau jalani saat ini? Menyenangkan bukan? Maafkan sebagai kakak perempuan saya jarang di rumah atau sekedar meluangkan waktu bercerita denganmu. Dan tentu saja saya tidak bisa memaksamu bercerita banyak hal sebab tentu saja itu tak menyenangkan bagimu. Saya sebenarnya segan menuliskan ini. Saya tidak ingin menjadi sok dewasa menceramahimu, itu hal yang juga kubenci saat remaja. Tapi saya melakukannya sekedar kekhawatiran pada banyak hal. Berharap kau tidak melakukan kesalahan beberapa remaja lainnya yang kemudian terpaksa menyesali sebagian sisa hidupnya karena tidak belajar dari kesalahan remaja sebelumnya. Kekhawatiranku sebenarnya banyak. Tapi saya yakin kau bisa memilah hal baik dan hal buruk itu. Hal yang paling menakutkan sebenarnya adalah ketika kau mulai merasakan jatuh cinta. Tentu saja itu adalah hal alami dan wajar. Itu juga menyenangkan.

Hanya saja terkadang kita tak mampu melawan beberapa hal yang bisa menghancurkan masa-masa indah itu. Misalnya, kau mulai jatuh cinta dan terlalu menyayangi seorang itu. Kemudian merasa dialah yang terbaik dan kau tak ingin lepas dengannya. Kita lalu merasa rela melakukan apapun demi dia. Kita mungkin akan menjadi lupa pada kehendak diri sendiri serta impian pribadi.

Saya yakin kau telah tahu, di tivi saat ini dengan terang-terangan memberikan contoh-contoh apa saja yang dilakukan sepasang kekasih ketika berpacaran. Berbagi cerita, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, sampai melakukan hubungan sex. Tentu saja tidak semua dilakukan. Beberapa pasangan mampu menahan diri untuk tidak melakukannya. Beberapa pasangan mampu mengalihkan hasrat untuk tidak melakukannya dengan melakukan hal lain seperti belajar, berolahraga, atau berkesenian.

Beberapa kali orang tua kita juga memperingatkan untuk tidak buru-buru berpacaran. Larangan itu sebenarnya agar kita bisa menghindari penyesalan. Saya tidak tahu apakah kau pernah mengalaminya, dan saya tidak pernah ingin tahu. Kau memiliki hak atas tubuhmu sendiri. Di usiamu seperti saat ini kamu butuh banyak belajar mengenai sistem tubuh dan reproduksimu, sayangnya tidak ada pelajaran sex usia dini di sekolahmu. Padahal dengan belajar soal sex sebenarnya bukan agar mendapatkan pembenaran untuk melakukannya. Tapi ketika kau mengetahui konsekuensinya, pasti kau akan mampu berpikir jernih dan akan menghindarinya. Kenapa menghindarinya? Sebab usiamu terlalu dini untuk menanggung resiko. Misalnya, ketika bersama pasanganmu berpegangan tangan, berpelukan, kemudian berciuman. Saat itu hasrat untuk mencoba melakukan hal lebih yaitu berhubungan sex pasti akan ada. Itu alami menurutku. Fakta yang harus kau ketahui adalah ketika terlalu dini melakukan hubungan sex di usia tubuhmu yang belum siap, resikonya adalah suatu penyakit kelamin. Belum lagi, kita tidak mampu melihat jika pasangan kita sebelumnya telah melakukan hubungan sex dengan orang lain. Resikonya lebih tinggi, penyakit menular sexual yang variasinya semakin banyak dan semakin berbahaya.

Oke, ada banyak cara untuk menghindarinya. Ada alat kontrasepsi, pil KB atau kondom. Tapi ada resiko lain, kehamilan. Faktanya ada banyak pasangan yang tidak bisa mencegah kehamilan. Jika usiamu masih remaja dan kemudian hamil. Tentu akan banyak merusak hidupmu. Tiba-tiba kamu harus bertanggung jawab pada kehidupan manusia baru, anakmu. Mengurus hidup sendiri mungkin kamu belum mampu, kau harus mengurusi satu orang lagi. Belum lagi beban moral dari masyarakat, perihal nama baik keluarga serta dosa dari agama. Itu mungkin akan membebani sepanjang hidupmu. Juga bahwa hamil di usia muda memiliki resiko cukup berat bagi tubuh yang berujung pada kematian. Seorang teman mengatakan itu lebih berat dari bahkan dari sanksi sosial. Ada pilihan lain, aborsi. Tapi itu juga berbahaya bagi tubuhmu yang belia dan tentu saja banyak resiko lebih dari itu.  Dan hidup sendiri itu tak mungkin. Kita butuh teman, tetangga, dan tentu saja keluarga. Setelah berkeluarga ada banyak hal yang bisa menjadi pemicu masalah, jika kau belum siap lebih baik menghidarinya saja. Berkeluarga di usia tidak melulu membahagiakan. Kita belum cukup banyak belajar untuk mengatasi permasalahan. Sekali lagi luangkan waktu untuk belajar dari kesalahan orang sekitar kita agar tidak mengulanginya.

Kurang lebih seperti itu. Saya ingin melihat kau tumbuh dengan ceria tanpa penyesalan sepanjang usiamu. Bukan hanya kau, saya pun juga masih berjuang untuk itu, menjaga diri sendiri. Karena tidak ada yang mampu menjaga dan menolong kita selain diri kita sendiri. Saya tidak melarangmu jatuh cinta dan berpacaran. Saya menyayangimu. Saya hanya ingin kau belajar banyak hal dan menikmati masa-masa remajamu, bersama teman-temanmu, sahabat-sahabatmu. Pertemanan juga sering kacau hanya karena melulu mengurusi pacar bukan? Kau pasti mampu melihat teman yang baik dan dapat dipercaya, tetap berhati-hati saja dalam berteman. Kau sudah mengetahui resikonya bukan? Semua pilihan hidup ada pada dirimu. I love you my sister. Maafkan seperti berceramah. Mungkin kau akan mulai membenciku. Itupun hakmu. Sekali lagi, saya hanya ingin melihat kau menikmati masa remajamu, jangan berlebihan mencintai. Semua yang berlebihan selalu tak baik. Maafkan jika sok tahu. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang The Cranberries, Linkin Park, dan Perubahan Gaya Jilbab Saya

Sudah nyaris 10 tahun sejak saya merayakan ulang tahun ke-17 di sekolah. Ada banyak yang terjadi selama 10 tahun ini. Kupikir tulisan ini tidak begitu penting, namun semoga bisa memberikan jawaban atas pertanyaan kalian mengapa jilbab lebar saya berubah menjadi selembar kerudung saja? *psst memangnya sepenting apakah itu bagi hidupmu? Jika tidak penting, tidak usah dilanjutkan membacanya ;)   Jika bisa memilih dan menghapus fase dalam hidup, saya ingin sekali menghapus fase ketika saya saat berusia 16-18 tahun. Fase ketika saya selalu merasa paling benar dan belum tahu yang namanya mengkritisi diri sendiri. Pokoknya ketika belajar satu hal, baru selesai baca satu buku, sudah itulah yang paling benar, saya buru-buru mempraktikkannya. Masa-masa itu saya sedang senang-senangnya belajar agama Islam. Saya bersekolah di sekolah negeri, bukan pesantren. Namun justru itu yang membuat saya bertanya mengenai banyak hal. Saya ingin “mencari sendiri” bukan beragama hanya karena oran...

Bukan Tentang Rina Nose Yang Memutuskan Melepas Hijab

Saya menulis catatan ini setelah lama berpikir mengenai komentar mama dan tanteku di facebook kemarin sore atas tulisan Lailatul Fitriyah yang saya share. Keduanya berkomentar bahwa mereka tidak paham apa yang dituliskan Laila, bahasanya tingkat tinggi. Tulisan itu berjudul : Obsesi Terhadap Hijab adalah Produk Westernisasi. Dalam keluarga, saya adalah cucu pertama yang berkuliah di kota Makassar, saya baru menyadari percuma jika saya merasa terdukasi dengan cukup baik namun tidak bisa menyampaikan apa yang saya dapatkan kepada keluarga saya. Well, setelah memutuskan untuk membuka jilbab, dengan pertimbangan selama beberapa tahun, saya pikir dengan alasan “Ini hak saya, dosa dan amal adalah urusan saya dengan Tuhan” sudah cukup untuk menjawab pertanyaan orang-orang di sekelilingku terutama keluarga. Saya juga sudah pernah menuliskan ceritanya di sini . Tapi ternyata tidak. Mereka masih bertanya-tanya, mulai berasumsi macam-macam, ada yang bilang saya terlalu stress. Mung...

Tentang Keinginan Nona Merasa Nyaman dan Aman di Lantai Dansa

Sejak kecil saya senang menari. Kupikir dari sabang sampai merauke kita punya tradisi menari masing-masing sejak lama. Namun semakin beranjak remaja, sebagai anak perempuan, saya mulai diwanti-wanti menjaga tubuh. Tidak boleh ini itu demi "menjaga diri". Terlebih menari, harus dikurangi. Menari, berdansa, berjoget, apapun pilihan katanya, itu adalah aktivitas menyenangkan. Dan sejak kecil saya selalu membayangkan betapa menyenangkannya berada di tengah dancefloor. Tapi tidak semudah itu untuk merasakan nyamannya berdansa bagi anak perempuan. Saat beranjak dewasa saya pernah mendengar petuah seperti ini "Jangan ke diskotik, laki-laki menganggap perempuan yang ke sana adalah perempuan tidak benar, jadi mereka seenaknya akan meraba-raba tubuhmu." Dan saya mendengar ketika pelecehan seksual terjadi di lantai dansa banyak orang yang akan menyalahkan korban "Ya kalau tidak mau disentuh jangan bergabung." Tapi kupikir kita semua bisa m...