Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Gadis Bugis dan Anarkis Feminis

Dulu saya tidak suka mendengar kata aktivis seperti halnya saya tidak menyukai kata feminis, LGBT, ganja, anarkisme, dan segala hal yang “dibenci” oleh masyarakat umum. Sialnya saya terjebak di perpustakaan, membaca banyak literatur dan membuat segala hal yang awalnya kubenci karena tidak kuketahui, menjadi sesuatu yang biasa saja. Saya merasa sial karena pikiranku akhirnya dipenuhi dengan agenda untuk merubah segala sesuatunya, yang rasanya tampak mustahil. Tapi apa yang lebih memalukan daripada mengingkari ilmu pengetahuan? Dalam KBBI, aktivis berarti orang (terutama anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita) yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan dalam organisasinya. Sebenarnya tulisan ini bermula dari obrolan saya bersama tim riset Active Society Institute dan MAUPE Maros. Saya bergabung membantu Active Society Institute dalam riset berjudul Kerentanan Kehidupan Perempuan Pedagang di Pasar Terong dan us...

Pasar Terong dan Perempuan Pedagang

Setelah sepuluh tahun PERDA Kota Makassar No.15 Tahun 2009 dan dampaknya pada Kerentanan Perempuan Pedagang Saat Ini.   Modernisasi seringkali menjadi dalih pemerintah menutupi kegagapan mereka merumuskan kebijakan. Semakin tampak jelas jika itu berkaitan dengan pasar lokal atau yang biasa disebut dengan pasar tradisional. Memisahkan ‘modern’ dan ‘tradisional’ adalah salah satu sumber kegagapan pemerintah dalam memandang pasar lokal. Pemisahan tersebut menempatkan pasar lokal pada posisi yang ‘tertinggal’ sehingga harus diubah dan dibuat ‘maju’—cara pandang yang selalu mengabaikan kebutuhan para pedagang yang berada di pasar lokal. Salah satu pasar lokal yang selalu menghadapi persoalan tersebut adalah Pasar Terong. Sejak terbentuk di pertengahan dekade 60-an hingga saat ini, para pedagang di pasar terong harus menjadi korban untuk memenuhi ‘modernisasi’ yang ditafsirkan semena-mena oleh pemerintah. Dari penggusuran hingga perubahan bentuk fisik dari pasar terong. “Pedaga...

Kuasa dan Birahi serta Cinta dan Ikatan

Seksualitas adalah topik yang selalu menarik dan menggairahkan. Namun tidak banyak orang yang berani jujur membicarakan, seolah kita masih hidup berabad-abad lalu. Saya menghabiskan waktu penuh keraguan pada banyak hal namun kini dengan berani tanpa takut pada apapun, saya menyatakan bahwa saya siap menghadapi masa depan dengan keyakinan. Jika di kepalamu ada begitu banyak pertanyaan tentang seksualitas, baca dua tulisan ini. Lalu mari mendiskusikannya. Tentu saja ada berbagai daftar bacaan yang menarik, ini hanyalah sebuah pengantar. Kuasa dan Birahi Cinta dan Ikatan

Tentang Tato Armed Love

Sejak tidak mengenakan hijab, selain rambut, hal lain yang tidak pernah dilihat oleh orang lain selain keluarga dan sahabatku adalah tattoku. Tato bergambar benang rajut dan tulisan Armed Love yang dibuatkan oleh sahabat saya, Sheni. Saat itu ia sedang bersiap-siap akan berangkat kembali ke Bandung dan memang sedang belajar menato.  Saya menawarkan diri karena sejak memutuskan untuk tidak lagi ingin tunduk pada perintah agama secara sadar dimulai saat meninggalkan tempat pengajian 2008 lalu, saya pun memulai petualanganku untuk mencari kebenaran versi saya sendiri. Mulai mencari tahu dan mencoba-coba segala hal yang menarik bagiku, salah satunya adalah tato. Tato saat itu amat seksi bagi saya, sebuah simbol pengakuan bahwa hidupku selanjutnya akan kujalani penuh resiko namun saya siap menanggungnya. Bahwa hidup saya sejak itu menjadi menggairahkan untuk kujalani. Meski pada kenyataannya saya harus bertoleransi untuk menyembunyikannya.  Saya memilih benang rajut, kar...

Mengapa Saya Memilih Menjadi Pustakawan?

1. Pertama kali saya tertarik dengan buku melalui mama saya. Saat kecil saya ingat jelas Mama ku pernah bilang "suatu hari kita bikin perpustakaan mini di rumah" sambil merapikan beberapa buah buku di lemari kecil yang berada di samping tempat tidur kami. Tidak banyak koleksi buku kami, buku adalah barang mewah saat itu. Maka dari itu saya selalu senang jika diajak ke rumah keluarga bernama Tikka yang memiliki banyak koleksi buku dongeng bergambar.  2. Saya bersekolah di SDN Bontorannu 2 yang kala itu tidak memiliki perpustakaan. Suatu hari ketika ikut pelatihan Pramuka, saya menemukan banyak buku cerita tergeletak begitu saja di dalam gudang ketika saya diminta mengambil tongkat untuk pelajaran membuat tandu. Sejak saat itu saya selalu mengajukan diri menjadi pemimpin regu agar bisa mengakses kunci gudang dan bisa berlama-lama membaca buku yang disimpan begitu saja. 3. Saat SMP saya senang mengurus majalah dinding karena sebelum pindah dari SMPN 1 Makassar ke SMPN 2 Pit...