Dulu saya tidak suka mendengar kata aktivis seperti halnya saya tidak menyukai kata feminis, LGBT, ganja, anarkisme, dan segala hal yang “dibenci” oleh masyarakat umum. Sialnya saya terjebak di perpustakaan, membaca banyak literatur dan membuat segala hal yang awalnya kubenci karena tidak kuketahui, menjadi sesuatu yang biasa saja. Saya merasa sial karena pikiranku akhirnya dipenuhi dengan agenda untuk merubah segala sesuatunya, yang rasanya tampak mustahil. Tapi apa yang lebih memalukan daripada mengingkari ilmu pengetahuan? Dalam KBBI, aktivis berarti orang (terutama anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita) yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan dalam organisasinya. Sebenarnya tulisan ini bermula dari obrolan saya bersama tim riset Active Society Institute dan MAUPE Maros. Saya bergabung membantu Active Society Institute dalam riset berjudul Kerentanan Kehidupan Perempuan Pedagang di Pasar Terong dan us...
Setelah sepuluh tahun PERDA Kota Makassar No.15 Tahun 2009 dan dampaknya pada Kerentanan Perempuan Pedagang Saat Ini. Modernisasi seringkali menjadi dalih pemerintah menutupi kegagapan mereka merumuskan kebijakan. Semakin tampak jelas jika itu berkaitan dengan pasar lokal atau yang biasa disebut dengan pasar tradisional. Memisahkan ‘modern’ dan ‘tradisional’ adalah salah satu sumber kegagapan pemerintah dalam memandang pasar lokal. Pemisahan tersebut menempatkan pasar lokal pada posisi yang ‘tertinggal’ sehingga harus diubah dan dibuat ‘maju’—cara pandang yang selalu mengabaikan kebutuhan para pedagang yang berada di pasar lokal. Salah satu pasar lokal yang selalu menghadapi persoalan tersebut adalah Pasar Terong. Sejak terbentuk di pertengahan dekade 60-an hingga saat ini, para pedagang di pasar terong harus menjadi korban untuk memenuhi ‘modernisasi’ yang ditafsirkan semena-mena oleh pemerintah. Dari penggusuran hingga perubahan bentuk fisik dari pasar terong. “Pedaga...