Langsung ke konten utama

Tentang Asian Dub Foundation


 Kali pertama saya mendengar lagu-lagu Asian Dub Foundation sekitar tahun 2010. Saat itu saya masih bekerja di Kampung Buku sebagai pustakawan. Teman saya Tomsky, sebagai penjaga warnet Kampung Buku saat itu baru saja selesai mendownload album Enemy of the Enemy-nya ADF. Dan pertama kali mendengarkan saya langsung suka. Saya lalu memutarnya hampir tiap hari melalui handphone ku. Sesekali, di kosan saya jingkrak jingkrak sambil mendengarkan musik dub ADF, tentu saja saat kamarku berpenghuni saya seorang :p

Asian Dub Foundation yang beranggotakan Sun-J, Chandrasonic, Pandit G, Cyber, Al Rumjen, dan Martin Savale. Terbentuk pada tahun 1993 dan hingga kini sudah membuat 12 album. Musik ADF sendiri mencampur-adukkan berbagai genre musik, makanya terdengar keren sekali. Serta lirik-liriknya yang sebagian besar bertemakan budaya keseharian, membuat lagu-lagu mereka di telinga saya jadi komplit. 

Setelah itu saya jatuh cinta sama musik dub. Mencari tahu banyak tentang apa itu dub dan bla bla bla.

Kesimpulan saya sendiri mengenai apa itu musik dub, ya tak lain adalah salah satu turunan dari musik reggae, yang lebih banyak didominasi sama bass dan drum-nya, ada echo echonya, di-mix dari lagu yang sudah ada, kadang di isi dengan dubbing vokal bebas. Entah sudah tepat atau tidak. Bagi saya susah menjelaskan musik dengan kata-kata, kamu harus mendengarkannya sendiri.

Lalu apa enaknya? Semua musik tentu saja enak didengar bagi yang suka sama musik itu, ya toh? Saya senang mengikuti irama musik-musik dub, apalagi kalau selipan instrumen musik digital bla bla bla nya banyak.

Belakangan saya menemukan beberapa pembuat musik dub keren. Salah satunya, teman saya sendiri, Fami empunya Tragic Soundsystem. Dan saya suka semua musik mixtape nya karena beberapa menyelipkan musik ADF juga ;)

Yang paling menarik dari musik-musik buatan ADF ini adalah pencampuran musik tradisional India nya itu loh. Asli bikin tidak tahan buat joget hihihi...

Suatu hari Tomsky yang jago sablon itu berniat membuat kaos dengan logo ADF. Salahnya dia karena memberitahu niatnya itu pada saya, tentu saya juga mau, dan belakangan Tomsky cuma membuat satu, di baju kaos yang kuberikan. Dia tak mau memakai baju dengan logo sama dengan saya, hehehe. Ya sudah...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang The Cranberries, Linkin Park, dan Perubahan Gaya Jilbab Saya

Sudah nyaris 10 tahun sejak saya merayakan ulang tahun ke-17 di sekolah. Ada banyak yang terjadi selama 10 tahun ini. Kupikir tulisan ini tidak begitu penting, namun semoga bisa memberikan jawaban atas pertanyaan kalian mengapa jilbab lebar saya berubah menjadi selembar kerudung saja? *psst memangnya sepenting apakah itu bagi hidupmu? Jika tidak penting, tidak usah dilanjutkan membacanya ;)   Jika bisa memilih dan menghapus fase dalam hidup, saya ingin sekali menghapus fase ketika saya saat berusia 16-18 tahun. Fase ketika saya selalu merasa paling benar dan belum tahu yang namanya mengkritisi diri sendiri. Pokoknya ketika belajar satu hal, baru selesai baca satu buku, sudah itulah yang paling benar, saya buru-buru mempraktikkannya. Masa-masa itu saya sedang senang-senangnya belajar agama Islam. Saya bersekolah di sekolah negeri, bukan pesantren. Namun justru itu yang membuat saya bertanya mengenai banyak hal. Saya ingin “mencari sendiri” bukan beragama hanya karena oran...

Bukan Tentang Rina Nose Yang Memutuskan Melepas Hijab

Saya menulis catatan ini setelah lama berpikir mengenai komentar mama dan tanteku di facebook kemarin sore atas tulisan Lailatul Fitriyah yang saya share. Keduanya berkomentar bahwa mereka tidak paham apa yang dituliskan Laila, bahasanya tingkat tinggi. Tulisan itu berjudul : Obsesi Terhadap Hijab adalah Produk Westernisasi. Dalam keluarga, saya adalah cucu pertama yang berkuliah di kota Makassar, saya baru menyadari percuma jika saya merasa terdukasi dengan cukup baik namun tidak bisa menyampaikan apa yang saya dapatkan kepada keluarga saya. Well, setelah memutuskan untuk membuka jilbab, dengan pertimbangan selama beberapa tahun, saya pikir dengan alasan “Ini hak saya, dosa dan amal adalah urusan saya dengan Tuhan” sudah cukup untuk menjawab pertanyaan orang-orang di sekelilingku terutama keluarga. Saya juga sudah pernah menuliskan ceritanya di sini . Tapi ternyata tidak. Mereka masih bertanya-tanya, mulai berasumsi macam-macam, ada yang bilang saya terlalu stress. Mung...

Tentang Keinginan Nona Merasa Nyaman dan Aman di Lantai Dansa

Sejak kecil saya senang menari. Kupikir dari sabang sampai merauke kita punya tradisi menari masing-masing sejak lama. Namun semakin beranjak remaja, sebagai anak perempuan, saya mulai diwanti-wanti menjaga tubuh. Tidak boleh ini itu demi "menjaga diri". Terlebih menari, harus dikurangi. Menari, berdansa, berjoget, apapun pilihan katanya, itu adalah aktivitas menyenangkan. Dan sejak kecil saya selalu membayangkan betapa menyenangkannya berada di tengah dancefloor. Tapi tidak semudah itu untuk merasakan nyamannya berdansa bagi anak perempuan. Saat beranjak dewasa saya pernah mendengar petuah seperti ini "Jangan ke diskotik, laki-laki menganggap perempuan yang ke sana adalah perempuan tidak benar, jadi mereka seenaknya akan meraba-raba tubuhmu." Dan saya mendengar ketika pelecehan seksual terjadi di lantai dansa banyak orang yang akan menyalahkan korban "Ya kalau tidak mau disentuh jangan bergabung." Tapi kupikir kita semua bisa m...